“Bustanul Ulum” begitulah nama Pondok Pesantren diujung selatan kota Lumajang yang usianya telah mencapai 35 tahun. Berada di ujung Pantai Selatan dekat perbatasan Jember-Lumajang tepatnya di Desa Krai Kecamatan Yosiwilangun Kabupaten Lumajang. Dengan karakter Pesantren salaf-modern yang mengembangkan keahlian Keagamaan dan Pendidikan Nasional menjadikan pesantren Bustanul Ulum ini memiliki ciri khas dan karakter tersendiri. Dengan simbol “kehijauan” entah dari cat tembok dan banyaknya tanaman di Pesantren, menjadikan Pesantren Bustanul Ulum memiliki julukan “Pesantren Hijau”.
Kilas balik kata “Bustanul Ulum” adalah nama dari pesantren induk di Pondok Pesantren Bustanul Ulum Mlokorejo Jember dengan Pengasuh KH. Abdullah Yaqien yang merupakan Mertua dari Pendiri Pondok Pesantren Krai, KH. Affan Abd. Malik. Akan tetapi pondasi dasar Pesantren Bustanul Ulum Krai ini Bukan Hanya dari Pesantren Mlokorejo saja, akan tetapi juga dari Pesantren Kembang Kuning Larangan Pamekasan Madura.
Sekitar tahun 1980-an, KH. Affan Abd. Malik memiliki keinginan untuk berhijrah dan membangun Pesantren di luar Mlokorejo. Kemudian KH. Abdullah Yaqin selaku mertua Beliau menawarkan beberapa tanah di Jember dan Lumajang, akan tetapi KH. Affan Abd. Malik kurang berkenan dengan beberapa tanah tersebut. Hingga pada suatu rutinan Malam Jum'at manis di PP. Bustanul Ulum Mlokorejo Jember, KH. Affan bermuwajjahah (bertatap muka) dengan beberapa alumni PP. Mlokorejo dan menuturkan keinginan beliau untuk berhijrah dan mencari tanah untuk dibangun Pesantren. Kemudian Kyai Ahmad Tajuddin (alumni Mlokorejo) mulai bermusyawarah perihal keinginan KH. Affan tersebut dengan KH. Hamid (salah satu tokoh Masyarakat di tanah Krai).
Beberapa hari setelah musyawarah tersebut, KH. Hamid mulai menuturkan keinginan KH. Affan kepada Bapak Miska (salah satu hartawan di Krai), akhirnya Bapak Miskapun berkeinginan untuk mewakafkan sebidang tanahnya untuk di bangun Pesantren. Sekitar tahun 1982 beberapa tokoh Masyarakat Desa Krai, yaitu : Kyai Ahmad Tajuddin, KH. Hamid, H. Abd. Latief dan Bapak Miska sowan (menghadap) kepada KH. Abdullah yaqien dan KH. Affan Abd. Malik untuk menuturkan tanah yang akan diwakafkan dan meminta restu perihal pembangunan pesantren tersebut. Dan beliaupun merestui tentang pawakafan tanah dan pembangunan Pesantren tersebut.
Begitu besar keihklasan dan ketabahan KH. Affan Abd. Malik, meskipun hanya berbekal Ilmu Allah dan dua helai pasang baju. Beliau terus tekun membangun Pesantren di Bumi Krai. Dengan membabat kebun Kelapa. Pembangunan masjid dimulai, KH. Affan terus mengawasi pembangunan masjid tersebut dan wira-wiri dari Pesantren Mlokorejo.
Kemudian KH. Affan membentuk panitia pembangunan pesantren dan melakukan pembangunan Masjid. Sebelum panitia terbentuk H. Hamid mulai meminta bantuan kepada beberapa masyarakat Krai dan dibentuklah panitia pembangunan Pesantren yang diketuai oleh KH. Ali Murtadlo (tokoh Maysarakat Krai), selaku pencari material-material bangunan seperti bambu, kayu, semen dan dana dimotori oleh Kyai Fathor Rozi (tokoh Masyarakat). Terdapat juga beberapa santri dan almni Pesantren Mlokorejo dan Kembang Kuning yang masuk dalam kepanitiaan. Adapun keseluruhan jumlah dari panitia pada saat itu sebanyak 75. 
Keihklasan dan ketekunan para panitia terlihat dari peristiwa tersebut. Layaknya heroik yang tak kenal menyerah dan terus berjuang. Para panitia mulai mencari sumbangan berupa kayu, bambu, batu-bata, dana dan lain sebagainya. Hingga akhirnya beberapa Truk berdatangan dengan membawa matrial-matrial yang akan digunakan untuk pembangunan Masjid.
Tak semudah seperti dikira, Allah selalu menguji kesabaran hamba-hamban-Nya. Berselang beberapa hari setelah kedatangan material tersebut. Banyak material yang dicuri, diantaranya 10 bal semen dan beberapa besi cor banyak yang hilang. Mulai saat kajadian tersebut setiap panitia dibebani tugas piket jaga malam. Pembangunanpun dimulai dengan beberapa tukang dan bantuan dari para santri yang dibawa dari PP. Bustanul Ulum Mlokorejo dan PP. Kembang Kuning Larangan Madura serta masyarakat sekitar.
KH. Abdullah Yaqien tidak serta merta melapas menantunya untuk berjuang sendiri di tempat hijrah. Terkadang beliau berkunjung ke lokasi pembangunan untuk ikut mengawasi. Ketika beliau berkunjung banyak keluh kesah para panitia yang dituturkan kepada beliau, tidak   terkecuali   kejadian   na'as    tersebut.
Setelah mengetahui hal tersebut, KH. Abdullah Yaqin bertanya kepada panitia “kerannah serah sebisah ajegeh pekakas nikah” (kiranya siapa yang bisa menjaga barang-barang ini). Seorang panitia pun menjawab “ bedeh ka'dissak kyaeh asmanah Bunaden” (ada kyai disana namanya bunaden), Bunaden merupakan Orang yang ditakuti di desa Krai.“anoh, celokagi buleh bedeh parlonah”( anu, panggilkan saya ada perlunya), dawuh KH. Abdullah Yaqin.
Akhirnya seorang panitia pun pergi ke rumah Bunaden yang merupakan orang yang ditakuti para Preman dan maling yang terkenal, dan memintanya untuk menghadap KH. Abdullah Yaqien. Akan tetapi Bunaden enggan, dikarenakan dia takut kepada Kyai. Dengan ajakan terus-menerus  dari seorang panitia, hati seorang Bunadenpun luluh dan bersedia menghadap KH Abdullah Yaqien.
Sesampainya di kediaman Pengasuh Pesantren Mlokorejo, beliau menuturkan  maksud dan tujuan beliau memanggil Bunaden, yaitu hanya ingin menitipkan dan menjaga material di daerah pembangunan agar tidak kemalingan lagi. Bunaden pun menyetujui permintaan dari KH. Abdullah Yaqin. Begitu besar dan tersembunyi kebesaran Allah, tanpa diduga beberapa waktu berselang ketika Bunaden sering berjaga. Bunaden mulai berikrar dan berjanji akan bertaubat dan ikut berjuang di jalan Allah. Dan Alhamdulillah, setelah itu matrial-matrial tidak pernah kemalingan lagi. Kemudian Pak Miska membuat tenda yang dikhususkan untuk menjaga keamanan matrial, hingga Pak Miska membawa peralatan dapur dan perlengkapan memasak sekedar untuk membuat kopi dan teh.
Sekitar Tahun 1984 KH. Affan Abd. Malik bersama keluarga mulai menetap pasti di tanah Pesantren. Pada saat itu, telah terbangun Masjid, Mushalla Putri, 3 Asrama Putra, 1 Asrama Putri dan juga kediaman KH. Affan Abd. Malik.
Pondok Pesantren Bustanul Ulum saat ini telah berkembang pesat dari awal yang hanya memiliki   bangunan   Masjid,   hingga   saat   ini memiliki fasilitas lengkap berupa asrama, gedung sekolah, laboraturioum, lapangan olahraga, mushalla dan lain sebagainya. Fasilitas tersebut tidak serta merta datang begitu saja, banyak perjuangan yang dilalui Almaghfurlah dan para santri, dari awal berdirinya Pesantren yang hanya di sinari terang lilin, kemudian mulai ada mesin Desail sekitar tahun 1990-an. Hingga aliran listrik masuk dengan pasti menyinari tanah perjuangan para pahlawan dan pejuang islam di Bumi Hijau Bustanul Ulum krai.
Pada awalnya, santri Bustanul Ulum merupakan santri PP. Kembang Kuning Madura dan PP. Bustanul Ulum Jember yang berjumlah belasan hingga saat ini jumlah santri bermukim memiliki ± 500 orang dan lebih dari 1000 santri tidak mukim yang bersekolah di naungan Yayasan Pendidikan Islam Busranul Ulum Krai. Di mulai dari TPA (taman pendidikan Al-qur'an) Bustanul Ulum, Madin (madrasah Diniyah) Bustanul Ulum awaliyah dan wustho, santri sorogan, RA (Raudlatul Atfal) Bustanul Ulum, MI (madrasah ibtidaiyah) Bustanul Ulum, MTs (madrasah Tsanawiyah) Bustanul Ulum, MA (madrasah aliyah) Bustanul Ulum, Sekolah tinggiagama islam Bustanul Ulum.
Akses jalan yang mudah dan jenjang pendidikan yang lengkap dari RA sampai dengan Perguruan Tinngi dari TPA hingga Madin Wustha menjadikan Pondok Pesantren Bustanul Ulum Krai menjadi Pensatren yang maju dan sangat berkembang. Jejak perjuangan KH. Affan Abd. Malik selaku Pendiri dan Pengasuh serta beberapa bantuan Kyai Mloko dan Madura, Msyarakat, Para Santri senior dan para penitia sangat membekas. Semoga perjuangan beliau semua diterima oleh Allah dan kita sebagai santri Bustanul Ulum dan mengikuti jejak perjuangan dan meneruskan perjuangan meraka. Amien.

Comments (6)

On 10 April 2015 pukul 02.00 , MI Nurul Islam Krai mengatakan...

Bagus lanjutkan karyanya ....

 
On 18 April 2015 pukul 00.43 , Unknown mengatakan...

@MI nurul islam terima kasih

 
On 4 Oktober 2015 pukul 20.05 , Admin mengatakan...

mas admin, saya ingin kopdar, sepertinya sampean ada banyak refrensi tentang pesantren bustanul ulum. mohon konfimrasi di email : monggomembaca@gmail.com

 
On 29 Maret 2016 pukul 02.10 , Unknown mengatakan...

سموكا المعهد بستانالعلوم معمور مبروك الئ يومالقيامة
امين

 
On 2 Juli 2019 pukul 17.35 , Arifasyukkria mengatakan...

Alhamdulillah,,, tulisan ini bisa jadi referensi buat materi sejarah pesantren di acara osabar PP.Bustanul Ulum Krai Tahun pelajaran 2019/2020... Terima kasih gus afil arruhami

 
On 27 November 2019 pukul 20.10 , Anonim mengatakan...

Sukses selalu gus